Thursday, September 15, 2011

Tiada Zakat Gaji/Profesi Dalam Fiqh Islam ?


(Nota: Beginilah ulama modenis membuat fatwa tanpa nas al-Quran dan Sunnah, tanpa merujuk kepada kitab-kitab fiqh muktabar, tanpa musyawarah diperingkat dunia, lalu mengeluarkan fatwa yang mengelirukan dan mengaburi mata umat islam dari kembali kepada zakat wang mas dinar dan dirham perak...berbanding mengagungkan/menghalalkan wang kertas beriba....Nampaknya banyak negara Islam lain mengikut fatwa ini cara buta dan jahil kerana memikirkan 'kesenangan' menggunakan wang kertas. Yang anihnya, nilai/harga pasaran mas dan perak semasa tetap dirujuk sebagai nilai cukup haul setahun untuk bayar zakat gaji dll. )

.....Riwayat-riwayat ini semua membuktikan, bahwa gaji dalam kehidupan umat Islam bukan sesuatu yang baru, akan tetapi, selama 14 abad lamanya tidak pernah ada satu pun ulama yang memfatwakan adanya zakat profesi atau gaji. Ini membuktikan bahwa zakat profesi tidak ada. Yang ada hanyalah zakat mal, yang harus memenuhi dua syarat, yaitu hartanya mencapai nishab dan telah berlalu satu haul (1 tahun).

Oleh karena itu, ulama ahlul-ijtihad yang ada pada zaman kita mengingkari pendapat ini. Salah satunya ialah Syaikh Bin Bâz (Arab Saudi), beliau berkata:

Zakat gaji yang berupa uang, perlu diperinci, bila gaji telah ia terima, lalu berlalu satu tahun dan telah mencapai satu nishab, maka wajib dizakati. Adapun bila gajinya kurang dari satu nishab, atau belum berlalu satu tahun, bahkan ia belanjakan sebelumnya, maka tidak wajib dizakati”.[11]

Fatwa serupa juga telah diedarkan oleh Anggota Tetap Komite Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, dan berikut ini fatwanya:

“Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa di antara harta yang wajib dizakati adalah emas dan perak (mata uang). Dan di antara syarat wajibnya zakat pada emas dan perak (uang) adalah berlalunya satu tahun sejak kepemilikan uang tersebut. Mengingat hal itu, maka zakat diwajibkan pada gaji pegawai yang berhasil ditabungkan dan telah mencapai satu nishab, baik gaji itu sendiri telah mencapai satu nishab atau dengan digabungkan dengan uangnya yang lain dan telah berlalu satu tahun. Tidak dibenarkan untuk menyamakan gaji dengan hasil bumi, karena persyaratan haul (berlalu satu tahun sejak kepemilikan uang) telah ditetapkan dalam dalil, sehingga tidak boleh ada Qiyas. Berdasarkan itu semua, maka zakat tidak wajib pada tabungan gaji pegawai hingga telah berlalu satu tahun (haul)”.

Nota 2: Bagaimanakah jika gaji kita cukup haul tetapi hutang masih banyak ? Hutang kereta, hutang pinjaman rumah, hutang kad kredit, hutang beli saham dll ? Bagaimana jika nilai wang kertas negara kita jatuh mendadak, apakah haul/hisab ikut kos hidup atau harga emas/perak berbanding nilai gaji yang susut ? Belum lagi kira inflasi ? Devaluasi ?


No comments: